Kamis, 27 Mei 2010

W.R. Supratman, Komponis yang Saleh

Lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan merupakan hasil perjuangan yang panjang. Proses penciptaan lagu iti memang penuh liku, sejalan dengan perjuangan kemerdekaan, karena itu lirik dan iramanya sangat heroik. Lagu ini pertama kali dikumandangkan saat diselenggarakan Kongres Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. 

Karena spiritnya yang menggelora itu Belanda sangat khawatir lagu ini membakar semangat juang bangsa ini. Lagi ini segera dilarang untuk dinyanyikan. Usulan para anggota volksraad untuk menjadikannya sebagai lagu kebangsaan ditampik sinis oleh Belanda.

Ketika Jepang menguasasi negeri ini lagu kebangsaan secara lambat-laun juga di larang, welaupun lagu itu dilarang tetapi masyarakat terus berusaha menyanyikan. Seperti yang terjadi di  Pesantren Tebuireng Jombang, setiap pagi para santri Kiai Hasyim Asy’ari menyanyikan lagu itu, ketika lembaga lain sudah berhenti menyanyikannya, karena ditekan dan  dianggap subversi oleh tentara penjajah.

Melihat kenyataan ini Bung Karno yang berusaha keras untuk kemerdekaan Indonesia dating ke Jepang pada 1943 menemui Kaisar dan Perdana Menteri agar bangsa Indonesia diberi kebebasan menayanyikan lagu Indonesia Raya. Baru tahun 1944 lagu itu secara terbatas boleh dinyanyikan lagi.

Pantas saja lagu itu sanagat heroik dengan semangat jihad yang berkobar melawan penjajah, karena penggubahnya yakni Wage Rudolf Supratman adalah seorang Muslim pejuang sangat sangat taat beragama.  Nama Rudolf di depan namanya bukanlah nama baptis, melainkan nama pemberian kakaknya, agar lebih gaul saat itu. Semantara dirinya tetap seorang aktivis pergerakan yang shaleh dan bersahaja.

Minggu, 04 April 2010

Tetuko Di Panggung TVRI

Tetuko atau Tutuko Basuki adalah orang asli Purbalingga meski kelahirannya adalah Jakarta, hoby menyanyinya membuat seorang Juri Festival Menyanyi Tingkat Perguruan Tinggi, mendaftarkannya untuk mengikuti lomba menyanyi Campursari di TVRI Jawa Tengah. Sebuah ajang pencarian talented baru di dunia Campursari. "IDOLA CAMPURSARI" tingkat Provinsi Jawa Tengah. Meski membawa nama Purbalingga, namun menurut beberapa penuturan kawan-kawan supporternya, semua biaya ditanggung sendiri oleh Tutuko, alias Pemerintah kabupaten Purbalingga tidak memberikan dukungan apapun padanya. Lebih miris lagi, ketika masih tahap Penyisihan, ketika naik bus menuju TVRI, di daerah Wonosobo, bus yang membawanya bertabrakan dengan sebuah truk dari arah yang berlawanan. Namun, dengan semangat nguri-uri Budoyo Jawi, ia langkahkan kakinya, terus melangkah, meski beberapa badan memar, akibat benturan, bahkan meski tidak tidur semalaman, ketika tampil di layar kaca, ia dapat maksimal melantunkan lagunya.
Tutuko Basuki, nama yang sempat tertulis di beberapa Koran terbitan Jawa Tengah, seperti Kedaulatan Rakyat, dll, ketika di daulat bertugas Di hadapan Presiden RI, dalam Rangka Perkemahan Wirakarya Nasional 1990. Sebuah hal yang aneh, ia dibutuhkan .... namun sering dilupakan .....
Barangkali seperti sebuah petikan dalam lagu Ikhlas yang dibawakannya, .... nandur becik, tukule kok dilarani ....
 Ikhlas